Tampilkan postingan dengan label Diniyah Takmiliyah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Diniyah Takmiliyah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Februari 2016

DAFTAR TEMA DISKUSI TARIKHUL ISLAM

Irmanto

KELAS 1 WUSTHO





KELAS 2 WUSTHO

Kelompok 1
Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia

Kelompok 2
Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia

Kelompok 3
Kebudayaan Kebudayaan Islam Nusantara

Kelompok 4
Sejarah Masuknya Islam Ke Eropa

Kelompok 5
Sejarah Perkembangan Islam di Eropa


Senin, 23 Maret 2015

DOSA YANG TERUS MENGALIR

Irmanto

Assalamualaikum,  dosa apa yg trus mengalir meski qt sudah meninggal??

Dari: Devi Suherna
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Kita sering mendengar istilah sedekah jariyah. Itulah sedekah yang pahalanya akan terus mengalir, meskipun kita telah meninggal dunia. Kita akan tetap terus mendapatkan kucuran pahala, selama harta yang kita sedekahkan masih dimanfaatkan oleh kaum muslimin untuk melakukan ketaatan. Dari Abu Hurairahradhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila manusia meninggal, amalnya akan terputus, kecuali 3 hal: ‘Sedekah Jariyah, Ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang mendoakannya.’ (HR. Nasa’i 3651, Turmudzi 1376, dan dishahihkan Al-Albani).
Sebagai orang beriman, yang sadar akan pentingnya bekal amal di hari kiamat, tentu kita sangat berharap bisa mendapatkan amal semacam ini. Di saat kita sudah pensiun beramal, namun Allah tetap memberikan kucuran pahala karena amal kita di masa silam.

Dosa Jariyah

Disamping ada pahala jariyah, dalam islam juga ada dosa yang sifatnya sama, dosa jariyah. Dosa yang tetap terus mengalir, sekalipun orangnya telah meninggal. Dosa yang akan tetap ditimpakan kepada pelakunya, sekalipun dia tidak lagi mengerjakan perbuatan maksiat itu.
Betapa menyedihkannya nasib orang ini, di saat semua orang membutuhkan pahala di alam barzakh, dia justru mendapat kucuran dosa dan dosa. Anda bisa bayangkan, penyesalan yang akan dialami manusia yang memiliki dosa jariyah ini.
Satu prinsip yang selayaknya kita pahami, bahwa yang Allah catat dari kehidupan kita, tidak hanya aktivitas dan amalan yang kita lakukan, namun juga dampak dan pengaruh dari aktivitas dan amalan itu. Allah berfirman di surat Yasin,
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
Orang yang melakukan amal dan aktivitas yang baik, akan Allah catat amal baik itu dan dampak baik dari amalan itu. Karena itulah, islam memotivasi umatnya untuk melakukan amal yang memberikan pengaruh baik yang luas bagi masyarakat. Karena dengan itu dia bisa mendapatkan pahala dari amal yang dia kerjakan, plus dampak baik dari amalnya.
Sebaliknya, orang yang melakukan amal buruk, atau perbuatan maksiat, dia akan mendapatkan dosa dari perbuatan yang dia lakukan, ditambah dampak buruk yang ditimbulkan dari kejahatan yang dia kerjakan. Selama dampak buruk ini masih ada, dia akan terus mendapatkan kucuran dosa itu. – wal’iyadzu billah.. –, itulah dosa jariyah, yang selalu mengalir. Sungguh betapa mengerikannya dosa ini.
Mengingat betapa bahayanya dosa jariyah ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan umatnya agar berhati-hati, jangan sampai dia terjebak melakukan dosa ini.

Sumber Dosa Jariyah

Diantara sumber dosa jariyah yang telah diperingatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Pertama, mempelopori perbuatan maksiat.
Mempelopori dalam arti dia melakukan perbuatan maksiat itu di hadapan orang lain, sehingga banyak orang yang mengikutinya. Meskipun dia sendiri tidak mengajak orang lain untuk mengikutinya. Dalam hadis dari Jarir bin Abdillahradhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً، كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْء
“Siapa yang mempelopori satu kebiasaan yang buruk dalam islam, maka dia mendapatkan dosa keburukan itu, dan dosa setiap orang yang melakukan keburukan itu karena ulahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dosa mereka.” (HR. Muslim).
Orang ini tidak mengajak lingkungan sekitarnya untuk melakukan maksiat yang sama. Orang ini juga tidak memotivasi orang lain untuk melakukan perbuatan dosa seperti yang dia lakukan. Namun orang ini melakukan maksiat itu di hadapan banyak orang, sehingga ada yang menirunya atau menyebarkannya.
Karena itulah, anak adam yang pertama kali membunuh, dia dilimpahi tanggung jawab atas semua kasus pembunuhan karena kedzaliman di alam ini. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلَّا كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا
“Tidak ada satu jiwa yang terbunuh secara dzalim, melainkan anak adam yang pertama kali membunuh akan mendapatkan dosa karena pertumpahan darah itu.”(HR. Bukhari 3157, Muslim 4473 dan yang lainnya).
Anda bisa bayangkan, orang yang pertama kali mendesain rok mini, pakaian you can see, kemudian dia sebarkan melalui internet, lalu ditiru banyak orang. Sekalipun dia tidak ngajak khalayak untuk memakai rok mini, namun mengingat dia yang mempeloporinya, kemudian banyak orang yang meniru, dia mendapatkan kucuran dosa semua orang yang menirunya, tanpa dikurangi sedikitpun.
Tak jauh beda dengan mereka yang memasang video parno atau cerita seronok di internet, tak terkecuali media massa, kemudian ada orang yang nonton atau membacanya, dan dengan membaca itu dia melakukan onani atau zina atau bahkan memperkosa, maka yang memasang di internet akan mendapat aliran dosa dari semua maksiat yang ditimbulkan karenanya.
Termasuk juga para wanita yang membuka aurat di tempat umum, sehingga memancing lawan jenis untuk menikmatinya, maka dia mendapatkan dosa membuka aurat, plus dosa setiap pandangan mata lelaki yang menikmatinya. Meskipun dia tidak mengajak para lelaki untuk memandanginya.
Kedua, mengajak melakukan kesesatan dan maksiat
Dia mengajak masyarakat untuk berbuat maksiat, meskipun bisa jadi dia sendiri tidak melakukan maksiat itu. Merekalah para juru dakwah kesesatan, atau mereka yang mempropagandakan kemaksiatan.
Allah berfirman, menceritakan keadaan orang kafir kelak di akhirat, bahwa mereka akan menanggung dosa kekufurannya, ditambah dosa setiap orang yang mereka sesatkan,
لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ
Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada hari kiamat, dan berikut dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan). (QS. an-Nahl: 25)
Imam Mujahid mengatakan,
يحملون أثقالهم: ذنوبهم وذنوب من أطاعهم، ولا يخفف عمن أطاعهم من العذاب شيئًا
Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikutinya. Dan mereka sama sekali tidak diberi keringanan adzab karena dosa orang yang mengikutinya. (Tafsir Ibn Katsir, 4/566).
Ayat ini, semakna dengan hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Siapa yang mengajak kepada kesesatan, dia mendapatkan dosa, seperti dosa orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun.” (HR. Ahmad 9398, Muslim 6980, dan yang lainnya).
Anda bisa perhatikan para propagandis yang menyebarkan aliran sesat, menyebarkan pemikiran menyimpang, menyerukan masyarakat untuk menyemarakkan kesyirikan dan bid’ah, menyerukan masyarakat untuk memusuhi dakwah tauhid dan sunah, merekalah contoh yang paling mudah terkait hadis di atas.
Sepanjang masih ada manusia yang mengikuti mereka, pelopor kemaksiatan dan penghasung pemikiran menyimpang, selama itu pula orang ini turut mendapatkan limpahan dosa, sekalipun dia sudah dikubur tanah. Merekalah para pemilik dosa jariyah.
Termasuk juga mereka yang mengiklankan maksiat, memotivasi orang lain untuk berbuat dosa, sekalipun dia sendiri tidak melakukannya, namun dia tetap mendapatkan dosa dari setiap orang yang mengikutinya.
Semoga Allah memudahkan kita untuk melakukan amal jariyah dan menjauhkan kita dari dosa jariyah. Amin…
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

___________________
Copied from:
http://www.konsultasisyariah.com/dosa-yang-terus-mengalir/

Senin, 02 Maret 2015

SALAM SILATURAHMI

SMP Al-Ghazali 2
Oleh : Abdur Rosi, Santilaili, Supriyanto
Kelas : II (dua) Wustho
Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Akhlak di Madrasah Diniyah Takmiliyah Al-Ghazali

PENGERTIAN SALAM
Salam bagi umat islam adalah sebagai ucapan selamat kepada yang diucapkan. Biasanya ucapan Assalamualaikum diutarakan saat saudara muslim berjumpa dengan Muslim lainnya[1].
Jadi orang islam kalau ingin mendoakan saudaranya agar selamat biasanya mengucapkan assalamualaikum, kata salam bagi orang muslim tidak asing lagi karna setiap hari hampir di gunakan jika bertemu dengan saudaranya. Kita sebagai ummat muslim harus mengucapkan salam pada saudara kita

HUKUM
Jadi sunnah hukumnya bagi kita mengucapkan salam, karna jika kita mengucapkan salam berarti kita sudah mendoakan orang lain  untuk selamat, dan juga kita wajib menjawab salam.Ketika ada orang mengucapkan salam tapi kita tidak menjawabnya maka kita akan mendapatkan dosa jadi menjawab salam itu wajib. Dan ketika kita menjawab salam tanpa kita sadari kita sudah mendapatkan pahala Jadi menjawab salam itu adalah sunnah,  dan juga kita wajib menjawab salam dari media massa ataupun media eloktronik.
Jadi nabi muhammad S.A.W. sangat menganjurkan kita untuk mencapkan salam dan menjawab salam
Kalau kita ingin mendapatkan pahala melakukan amal yang sangat ringan tapi pahalanya besar kita harus mengucapkan pahala

MANFAAT MENGUCAPKAN SALAM DAN MENJAWAB SALAM
1. mendapatkan pahala
2. menyambung dan mempererat persaudaraan
3. menghargai orang lain

MENGUCAPKAN  DAN MENJAWAB SALAM PADA NON MUSLIM

Mendahului mengucapkan salam kepada orang nonmuslim adalah haram dan tidak boleh.
Sebab Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallamberkata: “Janganlah kamu memulai salam kepada orang Yahudi dan Nasrani. Apabila kamu bertemu mereka di suatu jalan, maka desaklah mereka ke tepi.”
Tetapi jika mereka mengucapkan salam kepada kita, maka kita wajib menjawab, berdalil kepada keumuman ayat
وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا۟ بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ  ۗ   إِنَّ اللّٰـهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا
“Dan jika dihormati dengan suatu penghormatan, balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari pada nya atau (-yang serupa-).” (QS. An-Nisa’:86)[2].
Jadi haram hukumnya bagi kita mengucapkan salam kepada orang non muslim, karna orang non muslim itu bukan saudara kita melainkan musuh kita orang non muslim itu tidak perna mendoakan keslamatan kita yang dia inginkan hanya kecelakaan bagi kita tetapi apa bila mereka yang mengucapkan salam terlebi dahulu maka wajib bagi kita untuk menjawabnya, seperti ayat di dalam al-qur’an jika kita di hormati maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik .

PENGERTIAN SILATUHRAHIM
Silaturahmi (shilah ar-rahim) dibentuk dari kata shilah dan ar-rahim. Kata shilah berasal dari washala-yashilu-wasl(an)wa shilat(an), artinya adalah hubungan. Adapun ar-rahim atau ar-rahm, jamaknya arhâm, yakni rahim atau kerabat. Asalnya dari ar-rahmah (kasih sayang); ia digunakan untuk menyebut rahim atau kerabat karena orang-orang saling berkasih sayang, karena hubungan rahim atau kekerabatan itu. Di dalam al-Quran, kata al-arhâm terdapat dalam tujuh ayat, semuanya bermakna rahim atau kerabat.
Jadi kita sangat wajib menyambungkan tali silatuhrahim kita kepada saudara kita, dan haram bagi orang yang memutus tali silatuhrahim  seperti hadist di bawah berikut
«تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ وَتُؤَتِيْ الزَّكَاةَ وَتَصِلُ الرَّحِمَ»
Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahmi. (HR al-Bukhari)[3]
«لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ»
Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan kekerabatan (ar-rahim). (HR al-Bukhari dan Muslim).
Di haramkan bagi orang- orang yang memutus talisilatuhrahmi untuk masuk surga, ada seseorang yang bertanya ke pada Nabi 
"wahai nabi bagaimana caranya agar kita bisa masuk surga?" 
Lalu nabi menjawab 
"kita tidak boleh menyekutukan Allah, mendirikan sholat, tidak memutus tali silatuhrahim. Bagi siapa orang yang memutus tali silatuhrahimnya, maka haram baginya untuk masuk surga, dan jika mereka memutus tali silatuhrahimnya dengan saudaranya maka melebihi 3 hari maka tempatnya di neraka Jahannam"

MANFAAT MENYAMBUNG TALI SILATUHRAHIM
1. mengikuti sunnah nabi
2. mendapatkan pahala
3. mempererat tali persaudaraan
  

Jumat, 01 November 2013

Outline Makalah Tarikhul Islam

SMP Al-Ghazali 2
Ini adalah outline / kerangka makalah materi Tarikhul Islam untuk kelas 1 dan 2 Wustha. Silahkan klik kelompokmu untuk melihat dan mengunduh outlinenya.

NOTE: 
1. Setiap sub judul minimal berisi 3 paragraf yang tiap 1 paragrafnya berisi setidaknya 4 baris.

2. Makalah dikirimkan ke smpalghazali@gmail.com menggunakan email salah satu anggota kelompok paling lambat tanggal 10 Nopember Pukul 23.59

3.  Makalah ditulis menggunakan MS Word dengan font Times New Roman ukuran 12pt




KELAS 2 WUSTHA
( Kelas VIII dan IX)


Kelompok 1 Riwayat Hidup Abu Bakar
Kelompok 2 Riwayat Hidup Umar Bin Khattab
Kelompok 3 Riwayat Hidup Usman Bin Affan
Kelompok 4 Riwayat Hidup Ali Bin Abu Thalib


KELAS 1 WUSTHA
(Kelas VII)

Kelompok 1 Sejarah Nabi Muhammad di kota Makkah
Kelompok 2 dakwah Nabi Muhammad di Makkah
Kelompok 3 Dakwah nabi di Madinah 1

Kelompok 4 Dakwah Nabi di Madinah 2

Kelompok 5 Gangguan Kafir Kuraisy terhadap Kaum Muslimin
Kelompok 6 Akhir Hayat Nabi Muhammad

Rabu, 05 September 2012

PROFIL SMP AL-GHAZALI

SMP Al-Ghazali 2

Profil
Kami adalah hamba yang lemah yang hanya mempunyai niat untuk mengabdi kepada agama dan Negara.
Dengan kesederhanaan dan keapa-adaan kami mencoba merajut sebuah lentera keindahan dalam diri putra-putri Al-Ghazali.

Visi
Menjadikan diri setiap insan memahami bahwa tak ada satupun yang sia-sia dan meyakini akan penciptaannya.

Misi
- Mengembangkan pemahaman IPTEK
- Menjadikan insan yang berwawasan dan terampil
- Memberikan nuansa keagamaan yang sesuai dengan   sunnah dan Al-Quran